Tanaman
karet di Kalimantan Timur merupakan komoditi tradisional yang sudah
relatif lama diusahakan sebagai perkebunan rakyat, namun karena pengaruh
harga yang berfluktuasi sangat tajam usaha perkaretan beberapa waktu
yang lalu sempat ditinggalkan oleh petani perkebunan dan beralih kepada
usaha lain yang dianggap lebih menguntungkan.
Namun seiring dengan semakin membaiknya harga karet di pasaran.
komoditi karet kembali banyak diusahakan oleh masyarakat di beberapa
tempat. Saat ini komoditi karet dianggap sebagai sumber mata
pencaharian utama masyarakat di daerah tersebut.
Luas areal pertanaman karet saat ini tercatat seluas 84.367 Ha. Areal
tersebut terdiri dari areal perkebunan rakyat 77.076 Ha, perkebunan
besar negara sebesar 700 Ha dan perkebunan besar swasta 6.591 Ha dengan
produksi seluruhnya berjumlah 57.793 ton lumb.
Produk tersebut pada umumnya dipasarkan ke Banjarmasin untuk kebutuhan
pabrik Crumb Rubber. Pusat pertanaman karet terbesar berada di Kabupaten
Kutai Barat (Kecamatan Melak dan Barong Tongkok) yang dikembangkan oleh
petani pekebun melalui proyek TCSSP bantuan dari Bank Pembangunan Asia
(Asian Development Bank/ADB).
Produk tersebut pada umumnya dipasarkan ke Banjarmasin untuk kebutuhan
pabrik Crumb Rubber. Pusat pertanaman karet terbesar berada di Kabupaten
Kutai Barat (Kecamatan Melak dan Barong Tongkok) yang dikembangkan oleh
petani pekebun melalui proyek TCSSP bantuan dari Bank Pembangunan Asia
(Asian Development Bank/ADB).
Areal penanaman karet lainnya yang cukup luas berada di Kecamatan
Palaran dan Samarinda Ilir (Kota Samarinda), Kecamatan Balikpapan Timur
dan Balikpapan Utara (Kota Balikpapan), Kecamatan Segah dan Talisayan
(Kabupaten Berau), Kecamatan Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan),
Kecamatan Kota Bangun, Marang Kayu, Samboja dan Muara Badak (Kecamatan
Kutai Kartanegara).
Selain itu juga terdapat kebun plasma milik petani pekebun di Kecamatan
Long Kali (Kabupaten Paser) dan di Kecamatan Marang Kayu (Kabupaten
Kutai Kartanegara) yang kedua - duanya merupakan binaan dari PTPN XIII.
Perkebunan Karet milik perkebunan besar swasta terletak di Kabupaten
Penajam Paser Utara milik PT. Majapahit Agroindustri Corp Ltd dan di
Kabupaten Kutai Kartanegara milik PT. Hasfarm Product.
Peluang Industri Produk Karet
Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat diperdagangkan
oleh masyarakat berupa lateks segar,slab/koagulasi maupun sit asap/ sit
angin. Selanjutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik Crumb
Rubber/Karet Remah yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri
hilir seperti ban, sepatu karet, sarung tangan dan lain - lain.
Pada tahun ini Pemkab Malinau (Kaltim) telah memprogramkan pembuatan
kebun entres karet di Kecamatan Malinau Marat, tepatnya di Desa Kuala
Lapang. Kebun entres ini sekitar 2 hektare dan akan dikelola langsung
Dinas Perkebunan. Demikian disampaikan Kepala Dinas Perkebunan (Disbun)
Malinau Lawing Liban.
Mantan Sekretaris Disbun Malinau ini mengatakan, kebun entres ini
sebagai upaya menyiapkan bibit unggul untuk masyarakat. Di kebun entres
karet ini, Disbun akan melakukan okulasi sebagai upaya pengembangan
bibit karet dengan cara menempel mata tunas baru dari bibit unggul.
Yakni dari bibit pohon karet yang memiliki banyak getahnya.
Dalam pengelolaan kebun entres karet itu, Disbun akan menempatkan
petugas khusus yang melakukan okulasi (penempelan mata tunas karet
baru). Petugas itu dari pusat penelitian karet Getas, dari Salatiga,
Jawa Tengah. Semua bibit karet katanya, disiapkan untuk kemudian
diserahkan kepada sejumlah penangkar.
Harga
Sementara itu harga bahan olah karet pabrik kualitas 90 persen tercatat
Rp30.782 per kilogram, turun dibanding pekan sebelumnya Rp31.082 per
kg. harga bahan olah karet (bokar) kualitas 90 persen dalam sepekan
terakhir belum stabil, karena pengaruh pasaran di luar negeri.
Berdasarkan data di Gapkindo setempat harga bokar kualitas 90 persen
pada 2 April Rp31.058, selanjutnya 4 April naik menjadi Rp31.082 per kg
dan terakhir hingga saat ini turun menjadi Rp30.782 per kg.
Dikemukakannya, berdasarkan data selama sepekan tersebut harga bokar
pabrik di tingkat pengusaha industri pengolahan anggota Gapkindo Sumsel,
ternyata tidak stabil selalu terjadi perubahan.
Hingga saat ini harga masih tetap berpatokan dengan pasaran di luar
negeri, karena sebagian besar hasil karet dari provinsi itu diekspor.
Karet Kaltim yang diekspor rata-rata per bulan mencapai sekitar 60 ribu
hingga 70 ribu ton. Sementara hasil karet petani selama ini selain
dibeli langsung oleh pedagang pengumpul, juga sebagian daerah ada yang
menjual melalui lelang koperasi unit desa, setelah itu baru dipasok ke
perusahaan anggota Gapkindo.
Secara keseluruhan nilai ekspor Sumsel pada Januari 2012 mengalami
peningkatan sebesar 2,07 persen dibanding Desember 2011, yakni dari
308,77 juta dolar Amerika Serikat menjadi 315,16 juta dolar AS. Dari
total nilai ekspor tersebut terdiri atas minyak dan gas 45,370 juta
dolar AS, dan nonmigas 269,789 juta dolar.
Dikemukakannya, nilai ekspor nonmigas Kaltim pada Januari 2012 masih
didominasi komoditi hasil pertanian, terutama karet mencapai 219,52 juta
dolar AS, menyusul batu bara 2,83 juta dolar AS dan kayu/produk kayu
1,50 juta dolar AS.
0 komentar:
Posting Komentar