Perkebunan
selama ini memegang peranan yang penting sebagai sumber penerimaan
devisa negara. Tahun 2010 devisa dari perkebunan mencapai USD20 miliar
yang berasal dari kelapa sawit USD15,5 miliar, karet USD7,8 miliar dan
kopi USD1,7 miliar. Penerimaan negara dari cukai rokok Rp63 triliun,
bea keluar minyak kelapa sawit Rp20 triliun dan bea keluar kakao Rp615
miliar.
Menteri Pertanian Suswono mengharapkan supaya Indonesia tidak lagi jadi
eksportir barang mentah atau setengah jadi tetapi finish product
sehingga nilai tambah ada didalam negeri.
Peranan penting perkebunan yang lain adalah penyerap tenaga kerja. Di
tingkat on farm saja tenaga kerja yang diserap mencapai 19,7 jutaorang.
Peranan perkebunan tetap penting bahkan semakin penting untuk
mengurangi kemiskinan, menyerap tenaga kerja, menjaga kelestarian
lingkungan hidup dan sumber energi.
Meskipun demikian tidak berarti tidak ada masalah di perkebunan. Banyak
kritik yang menyatakan kelapa sawit tidak memberi kontribusi pada
pengurangan emisi gas rumah kaca. Padahal kelapa sawit sebagai tanaman
juga punya fungsi sebagai produsen 02. Terbukti bahwa simpanan CO2 di
kebun kelapa sawit jauh lebih besar ketimbang semak belukar dan
alang-alang, berarti kelapa sawit memberikan kontribusi pada penurunan
emisi gas rumah kaca.
Karena itu menurut Suswono, lahan terlantar jangan dibiarkan karena
matahari bersinar tiap hari harus dimanfaatkan. Ada lagi black campaign
bahwa kelapa sawit merusak lingkungan. Semua isu itu adalah cara-cara
negara pesaing agar kelapa sawit tidak diterima pasar. Buktikan bahwa
ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) bisa menjawab tuduhan itu tidak
benar.
Suswono menyatakan terimakasih pada Pemda Kalimantan Tengah yang sudah
mengeluarkan perda sebagai tindak lanjut Permentan no 26tahun 2007
pasal 11 yang mewajibkan semua perusahaan perkebunan menjalin kemitraan
dengan masyarakat minimal 20% dari lahan yang ditanami.
Permentan ini keluar karena pemerintah sadar bahwa perkebunan
merupakan bisnis yang padat modal sehingga tidak mungkin rakyat bisa
menangani dalam skala yang luas. Karena itu rakyat bisa diikutsertakan
bila perusahaan perkebunan mengalokasikan 20% lahanya untuk kemitraan.
“Saya sudah minta pada Dirjenbun segera melakukan audit bagi seluruh
pelaku usaha perkebunan siapa yang belum menjalankan kewajiban ini.
Presiden SBY berpesan supaya negara harus dibangun dengan pemerataan dan
berkeadilan. Dampak sosialnya luar biasa contohnya di Kalteng di
daerah-daerah yang perkebunanya belum membangun plasma banyak masalah”
katanya.
Konflik sosial membuat cost lebih mahal. Membangun kemitraan merupakan
bagian dari pengamanan sosial. Tidak ada konflik membuat pelaku usaha
dapat bekerja dengan baik. Mentan juga mengapresiasi pengusaha yang
sudah membangun kemitraan.
“Saya bertanya pada Dirjen Perkebunan apakah ada batas waktu kapan
plasma ini harus di dibangun. Ternyata dalam Permentan tidak
disebutkan secara definitive kapan kebun plasma ini harus bangun.
Karena itu tahun 2012 ini Permentan akan direvisi dan dengan jelas
menyebutkan jangka waktu kapan kebun plasma harus dibangun” kata
Suswono.
Ke depan yang dikembangkan ditingkat on farm adalah peningkat
produktivitas. Ini harus jadi sasaran utama dengan penanaman klon
baru. Malaysia dengan luas lahan hanya separuh dari Indonesia ternyata
produksi CPO hampir sama. Dengan mendekati produktivitas Malaysia maka
produksi CPO Indonesia bisa mencapai dua kali lipat.
Perkebunan juga diminta melakukan diversifikasi usaha dengan tumpang
sari tanaman pangan dan ternak. Daun sawit, bungkil dan lumpur sawit
bisa menjadi pakan sapi. Karena itu pemerintah mengenakan bea keluar
bungkil sawit supaya tidak diekspor tetapi dimanfaatkan untuk pakan
ternak. Kedepan integrasi sapi sawit harus jadi kewajiban.
0 komentar:
Posting Komentar