Pada akhir perdagangan di bursa ICE Futures dini hari tadi harga kakao berjangka tampak mengalami peningkatan. Harga kakao menguat dengan signifikan seiring dengan naiknya kinerja di bursa saham AS. Kekhawatiran mengenai kondisi krisis utang Eropa mulai mereda.
Kenaikan di bursa saham membuat sentimen umum di pasar komoditas juga tampak menguat. Tadi malam ECB menyatakan rencana untuk membeli obligasi pemerintah Spanyol guna menjaga agar imbal hasil obligasi tidak mengalami kenaikan. Hal ini sedikit meredakan hembusan sentiment negative mengenai kawasan euro.
Dini hari tadi harga kakao berjangka di bursa ICE Futures untuk kontrak pengiriman bulan Mei mengalami peningkatan sebesar 34 dolar (1.64%) dan ditutup pada posisi 2104 dolar per ton. Sementara itu harga kakao berjangka di NYSE London tampak mengalami peningkatan sebesar 1 poundsterling (0.07%) di posisi 1390 poundsterling per ton.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa pergerakan harga komoditas masih akan cenderung berada dalam trend yang sideways, dengan trend minor yang melemah. Saat ini harga kakao berjangka diperkirakan masih akan berada pada kisaran 2000 - 2200 dolar per ton.
Pilihan Para Investor
Kontrak berjangka komoditas perkebunan tidak sebatas minyak sawit mentah saja. Kakao, saat ini, juga layak menjadi pilihan investor yang ingin mendiversifikasikan portofolionya. Harga kakao sedang mulai mengalami peningkatan. Investor bisa mencermati waktu yang pas untuk mereguk cuan. Harga kakao mulai membaik
Renji Betari, Analis Pasar Fisik Komoditas SoeGee Futures, menuturkan harga kakao membaik dan terus membaik. Persediaan kakao dengan mutu standar di gudang-gudang Eropa yang dipantau oleh bursa London telah turun 36% selama dua bulan terakhir.. Saat ini, cadangan yang ada hanya sekitar 52.760 ton, turun dari sebelumnya, yaitu 82.000 ton.
Stok kakao menipis, mengikuti penurunan produksi perkebunan di Pantai Gading. Panen kakao terganggu karena cuaca yang tidak menentu. Sekadar informasi, Pantai Gading memasok hingga 37% dari total produksi kakao di seluruh dunia. Dua produsen kakao terbesar berikutnya adalah Ghana, yang memasok 25% dan Indonesia (15%).
Namun di saat produksi turun, permintaan stagnan. “Pelemahan ekonomi Eropa ikut memukul permintaan, karena zona itu merupakan konsumen terbesar kakao.. Menurut Ranji, sekitar 70% dari permintaan kakao berasal dari Eropa.
Pada perdagangan terakhir di ICE Futures Amerika Serikat kontrak pengiriman kakao untuk Juli ditutup senilai US$ 2.108 per ton. Saat harga jatuh bisa diartikan sebagai masa bagi investor untuk memasang posisi beli. Yang perlu diingat, harga rata-rata tahunan kakao berada di kisaran US$2.200 hingga US$2.300 per ton.
Menurut Ranji, Ini merupakan waktu yang tepat untuk strong buy. Hitung-hitungan Renji, harga rata-rata kakao dalam dua tahun sekitar US$2.800 hingga US$3.000 per ton. Sedangkan Juni menilai harga kakao bisa turun, sehingga waktu terbaik untuk membeli ketika harga di bawah US$ 2.000 per ton. Juni memprediksi, dalam seminggu ini, kakao akan bergerak dalam rentang harga US$1900 hingga US$2.383 per ton.
Di bursa Berjangka Jakarta (BBJ) menurut projeksi Ranji, era beli berkisar Rp. 20. 000 hingga Rp. 21. 000. “ target saya pada agustus mendatang, harga bisa mencapai Rp. 23. 000 hingga Rp. 24. 000 per kg. BBJ SoeeGee termasuk market untuk kakao.
Harga Ditingkat Petani
Namun harga kakao di Mandailing Natal (Madina), dalam sepekan terakhir ini, harga kakao mengalami penurunan. Harga terus anjlok dari kisaran harga antara Rp 15.000 - 17.000 menjadi Rp 12.000 per kilogram (kg). Kondisi ini mengakibatkan petani kakao mengeluh apalagi hasil penen juga ikut turun.
Sebelumnya harga kakao masih relatif bagus pada kisaran Rp 15.000 – Rp 17.000 per kg, namun dalam sepekan terakhir ini harga anjlok menjadi Rp 12.000 per kg untuk kakao yang sudah kering.
Selain harga yang terus anjlok, produksi kakao masyarakat pun ikut menurun. Penurunan produksi ini diakibatkan oleh pengaruh cuaca ekstrem yang kadang hujan, kadang panas sehingga menimbulkan berbagai penyakit menyerang pada biji kakao. Dua faktor inilah membuat petani mengeluh apalagi harga-harga kebutuhan pokok saat ini naik.
Pengakuan penurunan harga diakui seorang petani sekaligus pengepul Habib, Ia mengatakan harga kakao anjlok tidak diketahui secara pasti penyebabnya karena tidak ada keterangan dari pengumpul lain yang ada di daerah tersebut.
Hanya saja dia memprediksi penurunan harga hingga menjadi Rp12.000 per kg sejak 1 April lalu disebabkan rencana pemerintah menaikkan harga BBM, sehingga banyak dari para pengumpul menahan stok barang, sementara harga BBM tidak jadi naik.
Ditambahkannya, ada perbedaan harga antara Madina dan di Pasaman Sumatera Barat yang lebih mahal. “Jika di Madina harga Rp 12.000 per kg di Pasaman harga mencapai Rp 15.000 per kg. Inilah yang harus menjadi pertanyaan kita kenapa di Pasaman lebih mahal daripada di daerah ini.
Saya yakin jika BBM kembali aman harga akan kembali normal, memang satu sisi pengaruhnya juga akibat serangan berbagai hama terhadap tanaman kakao yang membuat kualitas kakao kurang bagus," tambahnya
0 komentar:
Posting Komentar