Palangka Raya
(ANTARA News) - Usaha perkebunan yang prospektif di Indonesia terbukti
sangat membantu memperbesar dan meningkatkan Pendapatan Negara seperti
pada 2010 devisa ekspor perkebunan tercatat melebihi 20 miliar dolar
Amerika Serikat (AS).
Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah (Kalteng) Erman P Ranan di
Palangka Raya, Minggu, mengatakan pernyataan itu disampaikan Menteri
Pertanian ketika melakukan kunjungan kerja di Kalteng Sabtu.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan, perkebunan merupakan penghasil
devisa, penerimaan negara, penyerapan tenaga kerja, sumber bahan buku
industri, pengembangan ekonomi wilayah, dan berperan dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
"Dilihat kontribusi perkebunan terhadap
penerimaan devisa ekspor perkebunan pada 2010 melebihi 20 miliar dolar
AS, terutama produk-produk kelapa sawit sekitar 15,4 miliar dolar AS,"
kata Suswono.
Kemudian ditambah lagi dari produksi Karet
sebesar 7,4 miliar dolar AS, kakau 1,6 miliar dolar AS, kopi 0,8 miliar
dolar AS, dan kelapa 0,7 miliar dolar AS.
Selain itu, depisa
ekspor penerimaan negara dari cukai rokok sekitar Rp63 triliun, bea
keluar minyak kelapa sawit Rp20 triliun dan bea keluar ekspor biji
kakau Januari 2010-Februari 2011 mencapai Rp1,615 miliar.
Dari
aspek tenaga kerja, pembangunan perkebunan dapat menyerap tenaga kerja
sekitar 19,7 juta orang di sektor onpak, penyerapan tenaga kerja akan
besar untuk sektor opam/industri hilir perkebunan baik pengolahan
maupun jasa pendukung.
"Hampir semua produk perkebunan harus
diolah sebelum sampai ke konsumen seperti industri ban dan industri
karet lainnya, minyak goreng, coklat, kopi, teh, dan gula. Ini bukti
melimpahnya produk perkebunan yang harus diolah," tegasnya.
Menteri mengatakan, pengembangan industri berbasis perkebunan tentunya
memberi nilai tambah bagi komoditi dalam negeri. Diharapkan
produk-produk ini dapat dijual dalam finish produk sehingga memiliki
nilai tambah yang jauh lebih besar.
Pengembangan perkebunan pada
umumnya dilakukan di wilayah pengembangan baru, bahkan pembangunan
perkebunan dapat menjadi pembangunan ekonomi wilayah, khusunnya di
daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Tanaman
perkebunan mayoritas dalam bentuk pohon dan ini memiliki nilai
ekonomis, di samping potensi hidrokornogis sebagai penahan erosi,
konservasi lahan dan air, serta fungsi eidrologis sebagai pegetasi CO2
dan produsen O2.
"Komoditi perkebunan juga berfotensi mengurangi
emisi CO2, apabila komoditi perkebunan bisa dikembangkan untuk
merehabilitasai semak belukar, jangan biarkan lahan tersebut ditumbuhi
semak belukar dan alang-alang saja," ungkapnya.
Simpanan CO2
pada lahan perkebunan dinilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan
lahan-lahan terlantar, meski perkembangan perkebunan sampai saat ini
tidak serta-merta seperti yang diinginkan, katanya.
(ANT-320/S019)
sumber: www.antaranews.com
0 komentar:
Posting Komentar