Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan, peningkatan produktivitas kakao yang dicapai Sulsel patut disyukuri. Untuk itu pemerintah harus mendorong terus pelaksanaan Gernas Kakao. Gernas di Sulsel masih sangat dibutuhkan.
Menurut Syahrul, cokelat merupakan kebutuhan dunia yang tidak pernah habis. Hal ini tentu menjadi perhatian sehingga perkebunan kakao dapat menguntungkan bagi rakyat. Selama Gernas di Sulsel, sudah 15 juta bibit disalurkan ke petani. Bahkan direncanakan pada tahun berikutnya menjadi 120 ribu hektar.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulsel, Burhanuddin Mustafa menuturkan, sektor perkebunan, khususnya kakao merupakan komoditas unggulan pertama. Apalagi areal yang tersedia masih cukup besar yakni 260 ribu hektar daripada lahan yang diikutkan dalam program Gernas Kakao.
Menurut Burhanuddin, Gernas Kakao memang sangat dibutuhkan. Karena itu kalau bisa program besar ini mesti dilanjutkan. Meski pun nantinya namanya bukan lagi Gernas Kakao. Namun program perbaikan kakao tetap dilanjutkan.
“Kami di Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan sangat antusias dengan gerakan ini,” katanya.
Burhanunddi menambahkan, hasil dari ketiga kegiatan Gernas ini yakni peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi memberikan hasil siginifikan. Pada kegiatan rehabilitasi, misalnya, semula hanya mencapai 500 kilogram. Namun selama Gernas dengan sambung samping estimasi produksinya rata-rata lebih dari 1 ton.
“Itu pada tahun pertama. Artinya bantuan pemerintah diberikan kepada petani nampak Gernas sangat memberikan hasil signifikan terhadap pendapatan petani,” katanya.
Animo masyarakat tergadap Gernas sendiri cukup tinggi. Bahkan bisa dikatakan mencapai 1000 %. Hal itu dibuktikan dengan adanya kerelaan para petani membongkar tanamannya. Padahal kalau dibongkar itu berarti petani sudah tidak bisa mengharapkan pendapatannya karena harus menunggu sekian waktu. Tapi petani rela membongkarnya.
5.800 ha Disentuh Gernas Sekitar 5.800 hektare lahan kakao di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat akan disentuh program nasional peningkatan mutu dan produksi kakao (Gernas Pro Kakao).
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar, Tanawali mengatakan, pada 2012 sekitar 5.800 hektare lahan kakao di Mamuju disentuh program gernas yang programnya meliputi rehabilitasi, intensifikasi dan peremajaan kakao.
Menurutnya, program gernas pro kakao merupakan program pemerintah pusat yang dicanangkan di Provinsi Sulbar termasuk di Kabupaten Mamuju sejak 2009.
Menurut dia, dari 5.800 hekatare lahan kakao disentuh gernas pro kakao sekitar 400 hektare diantaranya melalui program peremajaan sementara untuk rehabilitasi dan intensifikasi tanaman kakao masing masing sekitar 2.700 hektare dari program itu.
Tanawali mengatakan, dengan tercakupnya 5.800 hektare lahan kakao di tahun ini maka secara keseluruhan lahan kakao yang tersentuh gernas pro kakao mencapai sekitar 33.850 hektare dari sekitar 65.000 hektare lahan kakao di Mamuju.
Ia mengatakan, pada tahun lalu Kabupaten Mamuju juga sudah menghabiskan dana Rp59 miliar untuk gernas pro kakao bersumber dari APBN
"Anggaran gernas pro kakao yang dikelola Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mamuju sebesar RP59 miliar itu, telah digunakan peremajaan kakao di lahan 3.000 hektare,"katanya.
Selain itu digunakan untuk program rehabilitasi lahan kakao sekitar 5.200 hektare, serta intensifikasi lahan kakao petani seluas 2.600 hektare. Tanawali berharap, gernas pro kakao tersebut dapat meningkatkan produksi kakao di Mamuju yang tingkat produksinya mencapai 53 ribu ton per tahun.
Peningkatan Produksi
Produksi kakao di Provinsi Sulawesi Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan saat ini mampu menghasilkan hingga 129.117 ton.
"Produksi biji kakao yang dihasilkan petani di Sulbar mengalami peningkatan. Jika 2010 yang lalu hanya menghasilkan hingga 101.011 ton, pada 2011 naik menjadi 129.117 ton," ujar Tanawali.
Menurut dia, tingkat produksi kakao Sulbar mengalami peningkatan cukup signifikan berkat terlaksananya program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu (Gernas) Kakao yang dijalankan sejak 2009.
"Program Gernas dicanangkan pada 2008 oleh Wapres (saat itu) Jusuf Kalla. Hasil dari pelaksanaan Gernas di Sulbar telah mampu memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan produksi kakao," katanya.
Menurut Tanawali, ada dua kabupaten di Sulbar yang memberikan kontribusi besar bagi peningkatan produksi kakao, yakni Mamuju dengan capaian produksi sekitar 54.797 ton per tahun dengan luas areal 68.236 hektare.
Sementara Kabupaten Polman memberikan kontribusi hingga 35.185 ton per tahun dengan luas areal 49.275 hektare. Untuk kabupaten Mamasa menurutnya hanya memberikan kontribusi sekitar 17.159 ton per tahun dari luas areal sekitar 29.873 hektare, Kabupaten Mamuju Utara sebesar 14.000 ton per hektare dari luas areal 22.946 hektare lalu menyusul Kabupaten Majene dengan tingkat produksi 7.976 ton per tahun dengan dukungan luas areal 11.401 hektare.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan, Gernas dicanangkan berlangsung tiga tahun dari tahun 2009 hingga akhir 2011.
"Dari hasil koordinasi, saya mengusulkan kepada Bappenas agar program ini tetap dilanjutkan untuk meningkatkan produksi kakao di beberapa provinsi. Hal itu juga mendorong sejumlah provinsi yang belum menerima program Gernas Pro Kakao agar dimasukan dalam program tersebut," ungkap Anwar.
Awal 2012 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Bappenas untuk memasukan komoditas kakao menjadi program unggulan. Bappenas pun memperpanjang program Gernas hingga 2014.
Menurut Syahrul, cokelat merupakan kebutuhan dunia yang tidak pernah habis. Hal ini tentu menjadi perhatian sehingga perkebunan kakao dapat menguntungkan bagi rakyat. Selama Gernas di Sulsel, sudah 15 juta bibit disalurkan ke petani. Bahkan direncanakan pada tahun berikutnya menjadi 120 ribu hektar.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulsel, Burhanuddin Mustafa menuturkan, sektor perkebunan, khususnya kakao merupakan komoditas unggulan pertama. Apalagi areal yang tersedia masih cukup besar yakni 260 ribu hektar daripada lahan yang diikutkan dalam program Gernas Kakao.
Menurut Burhanuddin, Gernas Kakao memang sangat dibutuhkan. Karena itu kalau bisa program besar ini mesti dilanjutkan. Meski pun nantinya namanya bukan lagi Gernas Kakao. Namun program perbaikan kakao tetap dilanjutkan.
“Kami di Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan sangat antusias dengan gerakan ini,” katanya.
Burhanunddi menambahkan, hasil dari ketiga kegiatan Gernas ini yakni peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi memberikan hasil siginifikan. Pada kegiatan rehabilitasi, misalnya, semula hanya mencapai 500 kilogram. Namun selama Gernas dengan sambung samping estimasi produksinya rata-rata lebih dari 1 ton.
“Itu pada tahun pertama. Artinya bantuan pemerintah diberikan kepada petani nampak Gernas sangat memberikan hasil signifikan terhadap pendapatan petani,” katanya.
Animo masyarakat tergadap Gernas sendiri cukup tinggi. Bahkan bisa dikatakan mencapai 1000 %. Hal itu dibuktikan dengan adanya kerelaan para petani membongkar tanamannya. Padahal kalau dibongkar itu berarti petani sudah tidak bisa mengharapkan pendapatannya karena harus menunggu sekian waktu. Tapi petani rela membongkarnya.
5.800 ha Disentuh Gernas Sekitar 5.800 hektare lahan kakao di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat akan disentuh program nasional peningkatan mutu dan produksi kakao (Gernas Pro Kakao).
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar, Tanawali mengatakan, pada 2012 sekitar 5.800 hektare lahan kakao di Mamuju disentuh program gernas yang programnya meliputi rehabilitasi, intensifikasi dan peremajaan kakao.
Menurutnya, program gernas pro kakao merupakan program pemerintah pusat yang dicanangkan di Provinsi Sulbar termasuk di Kabupaten Mamuju sejak 2009.
Menurut dia, dari 5.800 hekatare lahan kakao disentuh gernas pro kakao sekitar 400 hektare diantaranya melalui program peremajaan sementara untuk rehabilitasi dan intensifikasi tanaman kakao masing masing sekitar 2.700 hektare dari program itu.
Tanawali mengatakan, dengan tercakupnya 5.800 hektare lahan kakao di tahun ini maka secara keseluruhan lahan kakao yang tersentuh gernas pro kakao mencapai sekitar 33.850 hektare dari sekitar 65.000 hektare lahan kakao di Mamuju.
Ia mengatakan, pada tahun lalu Kabupaten Mamuju juga sudah menghabiskan dana Rp59 miliar untuk gernas pro kakao bersumber dari APBN
"Anggaran gernas pro kakao yang dikelola Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mamuju sebesar RP59 miliar itu, telah digunakan peremajaan kakao di lahan 3.000 hektare,"katanya.
Selain itu digunakan untuk program rehabilitasi lahan kakao sekitar 5.200 hektare, serta intensifikasi lahan kakao petani seluas 2.600 hektare. Tanawali berharap, gernas pro kakao tersebut dapat meningkatkan produksi kakao di Mamuju yang tingkat produksinya mencapai 53 ribu ton per tahun.
Peningkatan Produksi
Produksi kakao di Provinsi Sulawesi Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan saat ini mampu menghasilkan hingga 129.117 ton.
"Produksi biji kakao yang dihasilkan petani di Sulbar mengalami peningkatan. Jika 2010 yang lalu hanya menghasilkan hingga 101.011 ton, pada 2011 naik menjadi 129.117 ton," ujar Tanawali.
Menurut dia, tingkat produksi kakao Sulbar mengalami peningkatan cukup signifikan berkat terlaksananya program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu (Gernas) Kakao yang dijalankan sejak 2009.
"Program Gernas dicanangkan pada 2008 oleh Wapres (saat itu) Jusuf Kalla. Hasil dari pelaksanaan Gernas di Sulbar telah mampu memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan produksi kakao," katanya.
Menurut Tanawali, ada dua kabupaten di Sulbar yang memberikan kontribusi besar bagi peningkatan produksi kakao, yakni Mamuju dengan capaian produksi sekitar 54.797 ton per tahun dengan luas areal 68.236 hektare.
Sementara Kabupaten Polman memberikan kontribusi hingga 35.185 ton per tahun dengan luas areal 49.275 hektare. Untuk kabupaten Mamasa menurutnya hanya memberikan kontribusi sekitar 17.159 ton per tahun dari luas areal sekitar 29.873 hektare, Kabupaten Mamuju Utara sebesar 14.000 ton per hektare dari luas areal 22.946 hektare lalu menyusul Kabupaten Majene dengan tingkat produksi 7.976 ton per tahun dengan dukungan luas areal 11.401 hektare.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan, Gernas dicanangkan berlangsung tiga tahun dari tahun 2009 hingga akhir 2011.
"Dari hasil koordinasi, saya mengusulkan kepada Bappenas agar program ini tetap dilanjutkan untuk meningkatkan produksi kakao di beberapa provinsi. Hal itu juga mendorong sejumlah provinsi yang belum menerima program Gernas Pro Kakao agar dimasukan dalam program tersebut," ungkap Anwar.
Awal 2012 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Bappenas untuk memasukan komoditas kakao menjadi program unggulan. Bappenas pun memperpanjang program Gernas hingga 2014.
0 komentar:
Posting Komentar